19 September 2012

"Doaku Sebanyak Butiran Hujan"

Aku tau sekarang langit mendung. Aku juga tau hujan akan datang. Tapi aku tak menunggu hujan. Aku menunggu berkah yang dibawa hujan. 

Ada Mikail di awan. Tapi aku tak melihatnya. Waktu kecil guru ngajiku bilang "Malaikat Mikail itu bertugas membawa hujan". Aku percaya saja.

Teman kecilku dulu juga bilang "Malaikat Mikail itu suka puisi, ia menyampaikannya melalui hujan". Aku juga percaya saja.


Hujan akan turun sebentar lagi, mendung sudah membumbung. Aku mengintip dibalik payung. Ingin melihat Mikail berpuisi melalui hujan.

Satu tetes hujan berbunyi riang. Tumbuhan menyambut senang. Penyair gamang sebab ide menulis puisi belum juga datang.

Hujan menghujam menusuk relung paling dalam. Kerinduan menjadi sasaran. Kado menjadi bingkisan bagi orang-orang tersayang.

"Jangan mandi hujan" Ibuku bilang. "Nanti kamu sakit" katanya. Aku ingin tetap mandi hujan tapi tak ingin sakit. Aku menunggu Ibu datang.

Ibu tak juga datang sebab sekarang ia telah berpulang. Kini aku tak lagi bermain hujan, hanya memungut sisa-sisa kenangan yang tebawa hujan.

Butir hujan aku pungut sebagai kendaraan melewati kesadaran. Aku rangkai butiran itu menjadi doa dan kuhantar menuju persinggahan.

Aku sudah datang ditempat persinggahan, aku tabur butiran hujan disekeliling ruang sebagai doa hingga akhir zaman. Al-Fatihah ku lantunkan.


0 komentar:

About This Blog

About This Blog

  © Blogger template 'Sunshine' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP